Truk-Truk dan Bendera One Piece: Simbol Perlawanan atau Sekadar Tren?
Agustus 2025 — Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan RI ke-80, pemandangan tak biasa muncul di sejumlah ruas jalan nasional. Puluhan truk logistik melintas dengan bendera bergambar tengkorak bertopi jerami—simbol dari karakter Luffy dalam anime One Piece. Fenomena ini menjadi perhatian publik dan memicu diskusi di media sosial maupun ranah pemerintahan.
Asal-Usul Gerakan
Menurut laporan Kompas (7/8/2025), pengibaran bendera ini awalnya dilakukan oleh komunitas sopir truk yang tergabung dalam grup WhatsApp. Mereka menyatakan bahwa simbol tersebut merepresentasikan bentuk protes terhadap kebijakan Over Dimension Over Load (ODOL) yang semakin diperketat.
“Kami merasa tak didengar, padahal logistik adalah nadi ekonomi,” ujar seorang sopir dalam wawancara Kompas. Bagi mereka, karakter Luffy—yang memperjuangkan keadilan dan kebebasan—dipandang sebagai lambang perjuangan rakyat kecil.
Respons Pemerintah
Menanggapi hal tersebut, Kementerian Dalam Negeri mengeluarkan imbauan agar seluruh kendaraan umum tetap memprioritaskan penggunaan bendera Merah Putih selama bulan kemerdekaan. Seperti diberitakan Liputan6, Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum menyatakan bahwa penggunaan simbol non-negara harus memperhatikan norma dan etika kebangsaan.
Namun hingga kini, tidak ada pelarangan resmi terhadap simbol budaya pop seperti One Piece, selama tidak menggantikan bendera nasional dalam konteks formal.
Pandangan Akademisi dan Budaya
Dalam wawancara dengan DW Indonesia, sejumlah akademisi menilai bahwa simbol fiksi dapat menjadi alat komunikasi politik baru di era digital. “Ketika masyarakat sulit mengakses kanal formal, mereka mencari alternatif simbol yang lebih relevan dengan emosi kolektif,” ujar Dr. M. Indrawan, pengamat budaya populer dari Universitas Indonesia.
Ia menambahkan bahwa dalam konteks ini, Luffy menjadi tokoh yang merepresentasikan aspirasi kaum pekerja, meski berasal dari dunia fiksi.
Respon Publik dan Media Sosial
Media sosial seperti TikTok dan Instagram dibanjiri video truk dengan bendera One Piece diiringi musik dan narasi perjuangan. Tagar #BenderaKamiBukanMusuh sempat trending, terutama setelah sejumlah aparat mulai menertibkan kendaraan yang mengibarkan simbol tersebut.
Seperti dilaporkan Reuters, beberapa aktivis HAM menilai tindakan represif terhadap ekspresi simbolik masyarakat bisa menciptakan ketegangan sosial. Amnesty International juga menyarankan pendekatan persuasif dan edukatif dari pemerintah.
Antara Aspirasi dan Ekspresi Populer
Fenomena ini mengaburkan batas antara budaya pop dan wacana politik. Bagi sebagian masyarakat, penggunaan simbol Luffy merupakan bentuk ekspresi alternatif yang lebih mudah dipahami dan diterima generasi muda dibandingkan retorika formal.
Namun, sebagian pihak juga mengkritik penggunaan simbol non-nasional dalam momentum kemerdekaan, menyebutnya tidak pantas dan bisa memicu distorsi makna nasionalisme.
Kesimpulan
Pengibaran bendera One Piece oleh para sopir truk menjelang HUT RI adalah fenomena yang mencerminkan dinamika sosial-politik masa kini. Ia bukan sekadar tren visual, tapi cermin dari keresahan, keterasingan, dan kreativitas ekspresi rakyat.
Daripada melihatnya sebagai ancaman, mungkin sudah waktunya simbol-simbol seperti ini dibaca sebagai pesan: bahwa rakyat ingin didengar, meski lewat jalan yang tidak biasa.
